Senin, 06 Januari 2014

SEGO GONO

Sego gono. 

Mungkin bagi sebagian orang terdengar seagai nama makanan yang aneh. Tidak terkecuali bagi saya yang belum lama juga tahu makanan ini. Pertama kali dengar, saya pikir sego gono itu nasi megono. Ternyata saya salah, salah besar malah. Awalnya sama sekali tidak tergerak untuk mencari tahu apa bedanya, tapi begitu ada tantangan kreasi beras dari IDFB saya jadi penasaran. Hehe, kalo ngga ada motivasi atau tertantang seperti ini kayanya juga ngga bakalan nyari tahu.

Tantangan IDFB kali ini bekerja sama dengan Pure Green produsen beras organik yang tentunya sangat menyehatkan kalau kita konsumsi.

Nah, kembali ke  sego gono. Berbekal sedikit ingatan tentang penampakan sego gono di rumah mertua dan sedikit info dari google, ternyata sego gono dan nasi megono itu beda asal. Kalau sego gono dari Temanggung, nasi megono dari Pekalongan. Selain asalnya beda, komposisi dan bahannya pun beda pula. Nasi megono berupa nasi yang di makan dengan cacahan sayur nangka muda dan di temani tempe mendoan. Nah, kalau sego gono gimana? seperti ini :


Sederhana ya? memang kalau di tilik dari asal usul namanya, konon nama sego gono ini diambil dari kata "merGo oNOne" = karena adanya itu / ala kadarnya.
Nah, komposisinya selain nasi (sego-bahasa jawa) ada teri, potongan tempe, daun keciwis, dan kelapa parut berbumbu. Makannya biasanya di temani dengan ikan asin dan rempeyek (Ups, maaf saya lagi ngga sempat bikin rempeyeknya. Hehe).
Cara membuatnya mudah saja, yuk kita siapkan bahannya.


SEGO GONO

Bahan :
300 gr beras pandan wangi pure green, masak setengah matang (di karu-bhs jawa)
50 gr daun keciwis
30 gr kecambah
30 gr tempe, potong dadu kecil
1/4 butir kelapa sedang (tidak terlalu tua), parut
25 gr teri, seduh air panas, tiriskan, goreng.
Ikan asin goreng secukupnya untuk pelengkap
2 ruas jari lengkuas, geprek
3 lembar daun salam

Bumbu Halus :
3 siung bawang merah
2 siung bawang putih
1/2 ruas jari kencur
1 helai daun jeruk
2 bh cabai rawit merah
1 bh cabai merah besar
1/4 bks terasi (saya pakai terasi kemasan yang kecil-kecil itu. Misalnya, terasi mamasuka)
Gula, secukupnya
Garam, secukupnya


Cara Membuat :

  1. Cuci beras pandan wangi pure green. Masak hingga setengah matang. Sisihkan.
  2. Haluskan bumbu, campur dengan parutan kelapa.
  3. Cuci bersih daun keciwis, potong-potong kurang lebih 2 cm.
  4. Cuci kecambah, sisihkan.
  5. Campurkan potongan daun keciwis dan kecambah kedalam bumbu kelapa, sisihkan.
  6. Siapkan dandang pengukus nasi. Taruh daun salam dan lengkuas di dalam dandang. Masukkan nasi setengah matang ke dalam dandang, beri campuran bumbu kelapa dan sayuran tadi di atasnya. Taruh nasi lagi, kemudian sayurnya. lakukan sampai habis.
  7. Kukus kurang lebih 15-20 menit atau sampai nasi matang. Aduk dengan sendok kayu hingga nasi dan sayur menyatu.
  8. Siap di hidangkan hangat dengan ikan asin sebagai pelengkap.
Mudah bukan? Selamat mencoba ya. Semoga berkenan.


Kamis, 17 Oktober 2013

Martabak Manis

Judul posting saya kali ini sebenarnya tidak se simpel itu, cuman martabak manis? bukan. Judul sebenarnya yang saya inginkan adalah "perburuan loyang MARTABAK yang berakhir MANIS". Nah, karena judulnya panjang x lebar gitu, saya khawatir nanti yang baca jadi males duluan. Jadi ya sudahlah, martabak manis aja juga ga papa. Hehehehe, ga penting banget deh ya prolognya.. :D

Singkat cerita, saya akhirnya dapet juga loyang (atau wajan??) martabak manis alias terang bulan yang saya idam-idamkan sejak lama. Sebenarnya beberapa waktu lalu sempat lihat di toko progo, toko perabotan favorit saya di Jogja. Tapi sayangnya bahannya bukan dari besi, melainkan aluminium. Sedangkan saya pinginnya yang dari besi, persis seperti milik abang-abang yang jualan martabak itu.
Hampir putus asa dan mau beli online aja, meskipun harganya (belum termasuk ongkos kirimnya) selangit, saya merem aja deh. Saya udah hampir beli waktu itu, tapi kemudian ga jadi. Saya masih mau coba cari di deket-deket rumah aja. Dan memang benar kata pepatah, orang sabar di sayang Tuhan. *Eh, maksa nggak sih pepatahnya? hehehe..
Akhirnya saya dapet juga loyang martabak idaman dengan harga jauuuuhhh lebih murah dari yang saya perkirakan. Sebagai perbandingan, saya sempat browsing-browsing loyang martabak ukuran 20 cm harganya sekitar Rp. 250 ribu. Tapi, saya bisa membawa pulang loyang martabak saya hanya dengan Rp. 115 ribu. Horeeeee.....

Ini dia hasil percobaan martabak manis pertama saya dengan loyang baru, cihuy.. 

Gemes deh lihat sarangnya.. pengen langsung di Happ!! :D

Barangkali ada yang mau resepnya, ini ya
Martabak Kilat
By. Siti Labuna

Bahan I
250 gr terigu protein sedang
50 gr gula pasir
400 ml air
1/4 sdt ragi instant
1 butir telur

Bahan II
1/2 sdt garam (Saya 1/4 sdt aja, takut asin :D)
75 gr butter/margarin (cairkan)
1/4 sdt soda kue

Bahan III (Isian)
Gula pasir
SKM
Keju
Meises dll, sesuai selera

Caranya :

  1. Aduk rata Bahan I, diamkan 30 menit.
  2. Tambahkan Bahan II sesaat sebelum dimasak, aduk rata.
  3. Tuang adonan dalam cetakan yg sudah dipanaskan dengan api kecil 15 menit sebelumnya. Biarkan hingga kue berlubang sempurna.
  4. Taburkan gula pasir, tutup hingga matang/gula mencair.
  5. Angkat, beri topping sesuai selera.


Ups, ketahuan deh dapurnya berantakan.. :D

Selasa, 15 Oktober 2013

Book Hunt

Quick post!!

Beberapa kali berburu bukunya mbak Riana Ambarsari di Gramedia ga nemu, padahal tiap kali cek stok di komputer bukunya masih. Hampir putus asa, dan memutuskan beli di NCC aja. Sampai akhirnya nemu juga bukunya mbak Riana yang ke dua, Food Photography for everyone. Yeaaaayyyy.. Nemu di Gramedia, dan ini tinggal satu-satunya, udah ga ada lagi stok bukunya yang masih terbungkus. Ga papa lah, daripada penasaran terus kan ya, hehehe..



Sekarang hasil belajarnya, motret bawang merah yang abis dipake buat maen-maen sama Elena. Ditaruh di cobek sama dia, mau masak mungkin ya,, heheheh..



Camera model : SONY DSC-W210
F stop : f/2.8
Exposure time : 1/30 second
ISO Speed : ISO 400

Gimana temans? ada perkembangan ga fotoku setelah dan sebelum punya buku? hehehe,,


Sabtu, 12 Oktober 2013

Oleh-oleh Dari Negeri di Awan

Kemaren hari sabtu (05/10) dapet undangan jalan-jalan gartis dari salah satu famili suamiku. Jalan-jalan gratis ke Dieng, siapa menolak? secara saya juga belum pernah maen kesana. Ihiiiiyy, semangat dong saya siap-siapin segala tetek bengek perjalanan. Akhirnya minggu pagi pun tiba, dan kami pun berangkat. Saya sangat menikmati perjalanan kali ini, bukan cuman karena ini jalan-jalan gratis. Tapi juga karena saya belum pernah sama sekali kesana. Saya yang biasanya suka tidur di mobil, kali ini bahkan ga merem sama sekali saking bersemangatnya.. Hehehe, ga penting ya?

Melewati sekian juta hektar lahan persawahan, sekian banyak pasar sayur, dan juga kebun teh (Aha! ini yang saya baru tahu. Ternyata kebun teh juga ada di Wonosobo). Akhirnya sampailah kami di pos penarikan retribusi wisata.  Kami di kenai biaya masuk Rp18.000/orang untuk masuk ke empat objek wisata. Kami pikir, begitu sampai di lokasi ga perlu bayar lagi. Eh ternyata begitu mau masuk objek wisatanya masih kena biaya Rp.2000/orang. Tapi lagi-lagi, saya seneng-seneng aja tuh lha kan ini jalan-jalan gratis. Jadi saya ga perlu mikirin ongkos masuk dong ya,, hahaha..


Pertama, kami ke perhentian pertama di telaga warna. Subhanallah, bagus bangeett emang dan di lihat dari kejauhan juga memang tampak airnya berwarna. Ga ada kata yang bisa terucap lagi selain kekaguman kepada Allah Sang Pencipta. Recommended deh pokoknya kalo kata saya sih. Saya pengen kesana lagi suatu hari nanti.


 Nah, bisa di lihat kan ada warna biru, hijau, dan kecoklatan di air telaganya.










Selesai di telaga warna, kami melanjutkan perjalanan ke kawah sikidang. Ga jauh dari telaga warna, mungkin cuman sekitar 1km (Saya kurang tahu pasti, tapi yang jelas ga sampe 5 menit naik mobil). sayangnya saya ga sempet nengokin kawahnya. Lumayan jauh kalo jalan dari parkiran, apalagi sambil gendong elena. Belom apa-apa udah kebayang capeknya. Jadi saya sama pak suami memutuskan wisata kuliner dan wisata belanja aja di deket parkiran. Kebetulan ada banyak warung kopi/teh dan penjual oleh-oleh maupun souvenir khas Dieng.




Selanjutnya perjalanan kami lanjutkan ke kompleks candi arjuna. Cuman sayang, kita malah cuman muter mobil aja di sana, ga sempat parkir apalagi turun. Sebenernya agak kecewa juga, tapi sebagai peserta jalan-jalan gratisan ga boleh protes dong ya. Dan saya cukup tahu diri untuk itu, hehehe..
Daaaan yang terakhir, apalagi postingan saya kalo bukan soal makanan? Yep, ini yang mau saya bagiin di sini. Oleh-oleh dari negeri di awan, seperti judul cerita ini dan seperti lagunya Katon bagaskara.. :D



Carica, mungkin masih saudaranya pepaya (karena bentuk pohon, daun dan buah mirip pepaya) tapi rasanya jauh dari pepaya. Terdorong rasa penasaran dengan rasa asli carica ini, saya beli buahnya (biasanya beli yang udah jadi manisan). Penjualnya cukup informatif ngasih penjelasan gimana cara mengolah si unik carica ini. Tapi saya kan ceritanya lagi penasaran sama rasa asli buahnya. Begitu saya tanya, "ini bisa dimakan langsung ga mbah?" jawabnya "Ya bisa aja, dikupas dulu trus di cuci bersih baru di makan" jawab si embah penjualnya sambil agak sedikit ragu. Yaelaah, anak kecil juga tahu kalo gitu mbah.. :D Meskipun saya ga puas dengan jawabannya, tapi saya yakin aja kalo carica ini bisa di makan langsung.

Akhirnya sampe juga dirumah dan dengan segera saya kupas carica yang sudah matang. Wanginya bener-bener menggoda, tapi ternyata rasanya ga seperti yang saya bayangkan. Bahkan saya ga tahu gimana cara mendeskripsikan rasanya secara tepat,, Haahahaha. Rasanya hambar, ga manis, ga asem, ga pahit, cuman tekstur daging buahnya berserat seperti mangga. Saya pun kemudian pasrah aja, mungkin buah ini memang di takdirkan untuk jadi manisan. Hehehehe,, 
This is it, my homemade carica in syrup.
Resep by. Me

Bahan : 
1,5 kg Carica
1,5 liter air
600-700 gr gula pasir (lupa ga nimbang)
1/4 sdt kayu manis bubuk
1 buah jeruk nipis ukuran sedang, ambil airnya
500 ml air mendidih untuk merendam

Cara membuat :
  1. Kupas carica, belah dua, keluarkan isinya, potong kecil-kecil.
  2. Cuci dengan air mengalir sambil di gosok dengan telapak tangan untuk menghilangkan getahnya. Cuci bersih sampai daging buahnya terasa kesat (tadinya licin karena getah).
  3. Masukkan carica yang sudah bersih ke dalam 500 ml air panas, rendam sebentar, tiriskan.
  4. Rebus air, masukkan gula dan carica. Gunakan api kecil dan tunggu sampai mendidih. Tambahkan bubuk kayu manis dan perasan jeruk nipis.
  5. Dinginkan dan masukkan ke kulkas.
  6. Kirimin saya kalo udah nyoba bikin sendiri. :D

FYI, sebelum saya kasih perasan jeruk nipis, saya icip sedikit air rebusan carica ini dan ternyata udah ada rasa asemnya plus wangi alami buah ini tentu saja. Jadi jeruk nipis buat apa dong? Fungsi jeruk nipis, biar gulanya ga mengkristal setelah carica nya saya masukkan ke kulkas. Thats it.

Selasa, 17 September 2013

TAGOYO for IDFB Challenge #12

Menjodohkan yoghurt sama singkong. Bener-bener pe-er IDFB #12 yang spektakuler. 
Ga terbayang sebelumnya dan benar-benar memeras otak. Bikin semedi saya untuk menjawab tantangan IDFB kali ini lebih lama dari biasanya. Hohoho,,
Tapi namanya juga challenge, kalo ga menantang ga seru dong ya..
Singkat cerita setelah semedi dan nyari-nyari inspirasi resep, saya pun memutuskan untuk bikin salah satu resep yang saya temukan dan tentu saja saya modifikasi karena ada tambahan yoghurt di dalamnya. Udah nemu resepnya, udah beli bahannya, tapi masih males bikinnya. Hahaha.. Jadinya bahan-bahan yang sudah saya siapkan melanjutkan semedi saya kemaren dengan tidur tiga hari di dalem kulkas. :D
Dan akhirnya tadi siang saya eksekusi lah si singkong dan yoghurt ini dengan sedikit cemas, takut rasanya tidak seperti yang dibayangkan. Tapi begitu udah jadi dan ngicip sebiji, ternyata ennaaakk. Trimakasih heavenly blush, rasanya bener-bener heavenly.. 
Nyesel saya kenapa ga nyoba dari dulu.. :D (semoga marketing heavenly blus baca tulisan saya ini dan berbaik hati ngirimin saya sekarton yoghurtnya, Amiin..)



TAGOYO a.k.a Tape Goreng Yoghurt
Adaptasi resep dari sajiansedap.com

Bahan :
250gr Tape singkong, haluskan
1btr Telur
1 1/2 sdm Gula pasir
1/4sdt Garam
100gr Terigu protein rendah
30gr Tepung sagu
1sdt Baking powder
60ml Heavenly blush strawberry yoghurt
30gr Dark cooking chocolate serut untuk isian
minyak untuk menggoreng

Cara membuat :
1. Aduk rata semua bahan kering
2. Masukkan tape, telur, dan yoghurt, aduk rata.
3. Sendokkan adonan, beri isi cokelat serut, bulatkan dengan menggunakan dua buah sendok
4. Goreng dengan menggunakan minyak dalam api sedang sampai

Okee, tantangan sudah dijawab. Jadi saya boleh pasang logo IDFByang keren ini ya.. Dan selamat ulang tahun IDFB, semoga panjang umur.. *Huuuffff, tiup lilin

Sabtu, 27 Juli 2013

Doggies Milo Cookies

Sebenernya udah lama saya tahu resep ini. Dulu waktu masih aktif di milis urusan makanan per-bayian, hehehe. Tapi ga tahu kenapa kok ya saya ga nyoba resepnya sejak dulu-dulu pas pertama kali tahu. Mungkin karena Elena gampang maemnya, atau karena dia ga pernah minta, atau karena emang saya males bawaan bayi? (mungkin yang terakhir itu yang paling masuk dalam hitungan, hehe)

Mari kita kembali ke kukis.
Kukis ini rame di group facebook beberapa minggu terakhir ini. Karena banyak banget yang posting foto udah pada bikin, penasaran dong sayanya. Lagian dilihat dari cara dan bahan gampang di dapat dan di buat. Sekaligus buat ngisi toples kukis lebaran saya yang penuh terisi udara alias kosong, hehehehe.


Karena pertama kali saya tahu resep ini di milis urusan makanan bayi, jadi saya pikir, ini memang kukis untuk anak di bawah satu tahun karena ga pake gula dalam resepnya. Tapi biarpun ga pake gula, rasanya tetap enak kok. Saya sama Elena sama-sama bisa menikmati. Bahkan pak suami yang bilang "kurang manis nih, kayanya kalo ditambah gula enak deh" juga diam-diam bawa-bawa toples kukis saya kemana-mana. Jiaaahh, tadi katanya kurang manis?? :p

Doggies Milo Cookies
Resep aslinya dari sini, dan resep di bawah ini nyontek dari mbak Hesti.
Bahan :
180 gr Butter (Saya edisi ekonomis, pakenya margarin aja :D)
80 gr Milo bubuk
200 gr Terigu protein rendah
25 gr Tepung maizena
25 gr Susu bubuk
Meises secukupnya, untuk mata
Coklat chp secukupnya, untuk hidung
Koko krunch secukupnya, untuk telinga

Cara membuat :

  1. Panaskan oven 140 derajat celsius, siapkan loyang tanpa di semir.
  2. Ayak terigu, maizena, susu bubuk, sisihkan.
  3. Kocok butter bersama dengan milo bubuk, jangan terlalu lama. Asal lembut dan tercampur.
  4. Masukkan ayakan tepung, aduk sampai kalis.
  5. Bulatkan, beri meises untuk mata, cokelat chip untuk hidung dan koko krunch untuk telinganya.
  6. Panggang 30 menit.

Daaan, saya tidak akan berhenti makan kalo ga inget toples lebaran masih kosong. :D

Sabtu, 20 Juli 2013

Pisang Bollen (First Trial)

Pisang Bollen. Kenal sama jajanan ini pas ga sengaja di bawain oleh-oleh adinya pak suami yang abis dari Bandung. Enak beneerr,, lha pertama kalinya makan sih, jadi belom punya perbandingan bollen yang lain lebih enak dari yang saya makan waktu itu, hehe.

Penasaran pengen bisa bikin sendiri, mulailah saya kesana kemari cari-cari resep yang "menurut saya" gampang untuk saya eksekusi. Semangat bakingnya kembang kempis sih, jadi kalo pas baca resepnya aja udah pusing, ga bakalan deh saya coba dalam waktu dekat. Trauma kegagalan dan buang-buang bahan dan ga enak hati sama pak suami, itu faktor yang membuat saya ogah eksperimen sama resep yang belum teruji benar, hehe..

Ga sengaja, beberapa waktu lalu lihat postingan salah satu teman di grup baking posting pisang bollen ini. Di lihat dari cara pembuatan dan bahan sih oke, saya tertarik nyoba dalam waktu dekat. Tapi nyatanya adaaa aja kerjaan lain jadi belum sempet juga ekseskusi bollen. Sampai akhirnya kemaren saya ketemu lagi sama mbak yang posting resep waktu itu, dan saya minta resepnya sama beliau. Alhamdulillah, beliau sangat murah hati berbagi resepnya, jadi saya bisa pamerin di sini nih hasil bikinan saya. 
Saya mulai nimbang-nimbang dan siap-siapin bahan pas pak suami siap-siap mau jum'atan, dan selesai sholat jum'at aroma pisang bollen di oven sudah sangat menggoda. Lima menit lagi matang, dan siap di foto. Sampai-sampai pak suami bilang "Tujuan utama memasak adalah untuk di foto", Hahahaha,, 


Pisang Bollen
By. Mbak Siti-Rwiyoto La Buna Salatiga

Bahan I
250 gr Terigu protein sedang
1/2 sdt Garam
1/2 sdt Gula
1 btr Telur
100 ml Air
15 gr Margarin

Bahan II
100 gr Korsvet (Saya pake shortening, memanfaatkan shortening yang hampir expired)
Pisang raja, secukupnya
Meses secukupnya (Saya pakai DCC serut)
Keju lembaran potong-potong, secukupnya (saya pakai keju cheddar serut)
1 btr Telur kocok lepas untuk olesan (Saya pakai 4 btr telur puyuh, lagi-lagi memanfaatkan bahan, hehe)
1 sdt Madu

Cara membuat
  1. Aduk bahan I sampai asal kalis, diamkan 30 menit.
  2. Pipihkan korsvet, gilas memanjang.
  3. Gilas adonan, taruh korsvet diatasnya, lipat seperti amplop sehingga korsvet tertutupi adonan, gilas lagi memanjang, lipat tiga. Ulangi sebanyak 3 kali. (Di proses ini, saya ulang entah berapa kali karena shortening saya bocor kemana-mana, jadi saya beneri-lipat-gilas berkali-kali.)
  4. Gilas adonan 1/2 cm, potong kotak-kotak. Isi dengan pisang, meses, keju, lipat hingga tertutup, taruh di loyang. Ulangi sampai adonan habis.
  5. Oles alatsnya dengan telur kocok yang sudah di campur madu. Oven 180 derajat celcius selama 30 menit. (Saya, saya oven 25 menit lalu saya poles ulang dengan kocokan telur dan saya taburi keju parut. Kemudian saya oven lagi 5 menit).
  6. Angkat, keluarkan dari loyang.
Belum puas dengan hasil yang ini, jadi masih akan ada pisang bollen-pisang bollen selanjutnya yang akan saya taklukkan di dapur saya. Practice makes perfect, Right? :)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...